Istilah alphabet sebetulnya berasal dari bahasa Semit. Istilah ini  terdiri dari dua kata, yaitu aleph yang berarti 'lembu jantan' dan kata  beth yang berarti 'rumah'. Konotasi pictografis dari pengertian kedua  kata ini menjadi sebutan untuk menunjukkan huruf pertama a (aleph) dan b  (beth) dalam urutan huruf-huruf semit (Mario Pei,1971:176). Ini bukan  berarti bahwa tulisan tersebut memakai sistem pictografis-ideografis,  akan tetapi malah sebaliknya.
Orang-Orang Semit mengambil tanda gambar lembu (kepala lembu) dari huruf  Hierogliph Mesir tanpa memperdulikan pengertian lembu itu dalam bahasa  Mesir sendiri, sedangkan menurut bahasa Semit, lembu itu disebut aleph.  Demikian juga dengan tanda gambar rumah yang mereka sebut beth. Kemudian  dengan mempergunakan prinsip akroponi, tanda gambar kepala lembu, oleh  masyarakat Semit dijadikan tanda untuk bunyi a dan tanda gambar rumah  untuk bunyi b. Semua huruf pada alphebt Semit mempunyai konotasi seperti  pictografis itu.
Daerah yang Mula-Mula Menggunakan Sistem Alphabet.
Bangsa Semit sebagai yang pertama menggunakan sistem alphabet atau  abjad, agaknya sudah disepakati oleh para sarjana. Namun, daerah mana  dari daerah-daerah yang didiami oleh suku bangsa Semit yang lebih dahulu  menggunakannya, masih saja terdapat perbedaan-perbedaan pendapat di  antara mereka. Perbedaan pendapat ini makin terlihat setelah ditemukan  beberapa bukti tertulis di kawasan Sarabit al-Khadim, yaitu suatu daerah  yang terletak antara Fustat dan Adhruh, (bahagian timur Qulzum  sekarang).
Inskripsi Sarabit al-Khadim ini oleh kalangan ahli, disimpulkan sebagai  inskripsi tertua yang menggunakan sistem alphabeth (abjad). Diperkirakan  bahwa inskripsi ini telah ditulis sekitar tahun 1850 sM.(Shiddiqi,1983)  oleh orang-orang Sinai yang bekerja di tambang-tambang batu permata  pyrus.
Penemuan inskripsi ini tentunya adalah acuan akhir yang menolak asumsi  yang selama ini telah dikemukakan oleh para ahli bahwa orang-orang  Phoenicialah yang pertama kali mentransfer Hierogliph menjadi tulisan  alphebetis. Inskripsi Sarabit al-Khadim ternyata lebih tua beberapa abad  dibanding dengan inskripsi Ahiram Yubail yang ditemukan oleh Monte di  daerah Gebal purba (Byblos) yang merupakan bukti tertulis pemakaian  pertama sistem alphabet oleh orang-orang Phoenicia. Dengan penemuan baru  ini para ahli akhirnya dapat meyakini dengan tepat "jembatan" yang  menghubungkan antara Hierogliph Mesir dengan alphabet Phoenicia. Karena  selama ini mereka diragukan oleh perbedaan yang terlalu besar antara  bentuk tulisan Mesir itu dengan bentuk tulisan yang digunakan oleh  orang-orang Phoenicia, sehingga sangat sulit memastikan bahwa  orang-orang Phoenicia yang pertama kali menggubah huruf-huruf Mesir ke  dalam sistem alphabet.
Kenyataan bahwa Sinai yang pertama kali menggunakan alphabet dalam  sistem penulisan mereka diperkuat pula oleh letak geografis daerah ini,  yang ternyata lebih dekat dengan Mesir serta bentuk tulisan yang tidak  terlalu menyolok perbedaannya.
Wilayah Perkembangan Sistem Alphabet
Sistem alphabet Sinai pada waktu kemudian berkembang ke beberapa  wilayah, diantaranya ke Phoenicia. Oleh orang-orang Phoenicia, sistem  penulisan Sinai ini dikembangkan sedemikian rupa. Beberapa karakter  huruf disempurnakan serta disusun atas dasar dasar bunyi yang  dilambangkan. Karena itu asumsi bahwa orang-orang Phoenicia yang pertama  menggunakan sistem alphabet dianggap beralasan sebelum ditemukannya  bukti tertulis di wilayah Sinai (inskripsi Sarabit al-Khadim seperti  telah dikemukakan terdahulu. Namun, peranan orang-orang Phoenicia dalam  menjembatani pengembangan alphabet ke beberapa kawasan Eropa memang  sukar untuk dibantah.
1. Jazirah Arab Utara, Asia Kecil dan Eropa
Dalam perkembangannya ke utara, alphabet Sinai memperoleh kemajuan yang  sangat pesat. Alphabet ini akhirnya, selian melahirkan alphabet  Phoenicia, juga telah menurunkan tulisan Ibrani dan Aramia. Dari ketiga  rumpun tulisan yang biasa disebut dengan Tulisan Semit Utara ini  berkembang secara lebih luas lagi dan melahirkan tulisan-tulisan besar  yang digunakan hingga saat ini.
Tulisan Phoenicia dibawa ke Yunani oleh Cadmus, dan dari sini berkembang  menjadi tulisan Etroska yang merupakan cikal bakal pertumbuhan tulisan  Romawi Barat yang dipakai di bahagian terbesar Eropa pada saat itu.  Pengembangan lain dari tulisan Yunani telah pula dilakukan oleh salah  seorang uskup Konstantinopel, Cyrillius dan Methodus. Tulisan ini  mendapatkan perkembangan seiring dengan perkembangan agama Kristen di  Slavia, Rusia, Ukeraina, Serbia, dan Bulgaria. Diketahui bahwa tulisan  yang berkembang di Slavia ini tidak semata-mata berasal dari Yunani,  akan tetapi juga memasukkan unsur-unsur tulisan Ibrani. Hal ini  disebabkan oleh adanya bunyi-bunyi Slavia yang tidak terdapat dalam  bahasa Yunani (Mario Pei,1971:81).
Dari rumpun Aramia (Aramaic) telah melahirkan tulisan Syryani, Nabthi,  Tadmury (Palmyra) dan tulisan Pahlavi yang merupakan tulisan asli bangsa  Persia. Di bahagian lain alphabet Sinai telah pula menurunkan tulisan  Devanagari kuno di India. Kita telah mengetahui bahwa banyak sekali  tulisan yang terdapat di kawasan Asia selatan dan tenggara berasal dari  tulisan Devanagari ini, karena tulisan ini berkembang seiring dengan  penyebaran agama Budha. Tulisan kuno di India. Kita telah mengetahui  bahwa banyak sekali tulisan yang terdapat di kawasan Asia selatan dan  tenggara berasal dari tulisan Devanagari ini, karena tulisan ini  berkembang seiring dengan penyebaran agama Budha. Tulisan Siryani dan  Nabthy dalam perjalanannya ke bahagian selatan jazirah Arab telah  bergabung dengan karakter tulisan yang berasal dari jazirah selatan ini,  terutama pada masa perluasan kerajaan Anbath ke hampir seluruh jazirah  Arab pada abad pertama Masehi. Penggabungan inilah yang pada akhirnya  menurunkan tulisan Arab kuno hingga menjadi tulisan Arab seperti yang  berkembang saat ini.
2. Jazirah Arab Selatan
Perjalanan alphabet Sinai ke bahagian selatan jazirah Arab telah  mengembangkan tulisan yang terdapat di kerajaan-kerajaan Arab Selatan,  seperti kerajaan Saba`, Minaiyah dan lain-lain. Hanya saja tidak  diperoleh keterangan yang pasti tentang tulisan yang digunakan oleh  masyarakat di kerajaan Arab selatan ini pada waktu sebelumnya. Beberapa  asumsi mengatakan bahwa tulisan yang digunakan masyarakat Arab pada  waktu itu berasal dari tulisan Demotic (tulisan rakyat Mesir kuno).  Setelah masuknya alphabet Sinai ke wilayah ini, barulah dikenal satu  jenis tulisan yang telah menggunakan sistem alphabet, dan banyak  persamaan bentuk dan karakter hurufnya dengan alphabet Sinai,  sebagaimana dapat diperhatikan pada tabel terdahulu. Tulisan Arab  selatan ini kemudian dikenal dengan Musnad.
Bila diperhatikan lebih jauh bentuk dan karakter lambang huruf Musnad,  maka makin kuat dugaan bahwa karakter Sinai lebih banyak mewarnai  pembentukan lambang huruf-hurufnya, dibanding dengan tulisan asli  masyarakat Arab selatan yang dianggap sudah ada itu. Kenyataan itu  agaknya juga memperkuat dugaan bahwa setidaknya Arab selatan mendapat  pengaruh dari alphabet Sinai dalam waktu yang bersamaan dengan  Phoenicia. Namun sementara ahli telah berkesimpulan lain, yaitu bahwa  alphabet Arab selatan merupakan perkembangan dari alphabet Phoenicia  yang dibawa ke wilayah ini melalui jalur perdagangan.
Perkembangan tulisan Musnad ke utara pada akhirnya bergabung dengan  tulisan-tulisan Semit utara dan melahirkan tulisan Arab kuno (Hyry).  Tulisan-tulisan Arab itu, setelah agama Islam lahir, ternyata memperoleh  perhatian khusus bagi penganutnya. Karena itu, tulisan ini akhirnya  makin berkembang dan meluas dengan pesat bahkan melampaui batas-batas  wilayah yang menggunakan bahasa Arab. Bersama Al-Qur`an, tulisan Arab  telah meluas ke berbagai bangsa dan bahasa, seperti Fula, Hausa dan  Swahili di Afrika, Melayu, Sunda dan Jawa di Indonesia, bangsa Moro di  Phillipina, Urdu dan Punjabi di India, Persia di Iran dan pelbagai  bahasa Turki di Uni Sovyet (Mario Pei,1971:81).
Dari Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari akar alphabet Sinai  telah melahirkan dua bentuk tulisan besar yang digunakan secara luas  hingga saat ini, yaitu tulisan Romawi --yang pada akhirnya dikenal  dengan tulisan Latin--, dan tulisan Arab. Kedua bentuk tulisan ini,  kendatipun sama-sama berasal dari rumpun yang sama, yaitu Sinai, tapi  dalam perkembangannya terdapat perbedaan-perbedaan yang prinsipil pada  karakter huruf dan cara penulisan. Dalam tulisan Romawi, lambang-lambang  konsonan dan vokal memperoleh tempat yang sama pada penulisan,  sementara pada tulisan Arab --seperti juga tulisan Ibrany dan Siryani  (Semit utara)-- , lebih menonjolkan huruf (lambang) konsonan saja,  sedangkan lambang vokalnya diserahkan sepenuhnya pada pengertian  pembaca. Barulah pada perkembangan akhir (setelah Islam), lambang vokal  dicantumkan pada penulisan, akan tetapi berupa tanda-tanda khusus yang  ditempatkan di atas atau di bawah lambang konsonan. Perbedaan lainnya  ialah bahwa tulisan Arab ditulis dari kanan ke kiri, sedangkan tulisan  Romawi ditulis sebaliknya.
© Irhash A. Shamad
sumber : http://sukasejarah.org/index.php?topic=53.0